Sejumlah Aktivis Minta Kepada Bupati Jeneponto Evaluasi BPBD Jeneponto.

Jeneponto, Aliefmedia.com – Pasca bencana banjir dan tanah longsor di desa rumbia kec.rumbia kab.jeneonponto dinilai Buruk oleh sejumlah aktivis, Pasalnya sampai pada hari ke enam pasca bencana BPBD belum ada Data ril terkait dampak Bencana Banjir dan tanah Longsor.

Bahkan hingga tanggal 18 juni 2020 kemaring saat dilakukan komfirmasu ke camat Rumbia melalui Hand Pondnya mengatakan kita belum bisa prediksi sebarapa banyak kerugian yang ditimbulkan oleh bencana, karena belum ada data dari pihak Posku induk dan Dinas PU.

Alasannya bahwa hanya PU yang bisa menaksir kerugian terhadap kerusakan inprastruktur sepertu sarana jalan negara dan jembatan, kata Camat Rumbia Abd.Rajab Lau.

Demikian pula Aktivis di sejumlah daerah yang datang untuk melakukan klarifikasi data bencana, namun tidak mendapatkan data dari BPBD, ungkapnya

Memasuki hari ke enam pascabanjir bandang dan tanah longsor di Dusun Bontoloe, Desa Rumbia, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.

Hingga kini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jeneponto belum memiliki data riil terkait kerugian dan jumlah korban jiwa serta warga yang terdampak korban banjir dan longsor itu.

Caruk – maruknya penanganan pemulihan pasca bencana. Dengan kondisi demikian kinerja BPBD Jeneponto harus dievaluasi.

Sorotan tersebut lahir dari Aktivis mantan Sekjen PB HPMT Jeneponto,

Ditempat tempat terpisa Rusli, menilai BPBD Jeneponto, gagap dalam menghadapi Bencana

BPBD Jeneponto dalam penanganan bencana belum maksimal dan tidak terkoodinir dengan baik.

“BPBD mestinya sudah punya data riil terkait dengan beberapa titik lokasi di Kecamatan Rumbia. Datanya itu, berapa korban, jumlah kerugian, berapa terdampak dan apa – apa yang dibutuhkan disitu. Sampai sekarang itu tidak ada” ujar Rusli, ditemui di lokasi bencana longsor di Desa Rumbia, Kamis (18/6/2020).

Menurutnya, BPBD Jeneponto perlu dievaluasi serius oleh pemerintah daerah (Pemda) Jeneponto dalam hal ini Bupati Jeneponto, Iksan Iskandar, sebagai pucuk pimpinan, harus serius dalam mengevaluasi BPBD.

“Kinerja BPBD saat ini perlu dievaluasi serius oleh pemerintah daerah dalam hal ini Bupati Jeneponto sebagai pucuk pimpinan” harapnya

Data korban bencana dan kerusakan pun harus diperoleh dengan cepat oleh BPBD sebagai institusi yang bertanggung jawab setiap kebencanaan. Sehingga penanganan korban bisa lebih cepat dan tidak lamban.

Ketika orang minta sumber, kata Rusli informasi BPBD tidak punya data.Padahal data tersebut itu penting, supaya orang tahu bahwa ternyata di Kecamatan Rumbia, tidak cuman satu titik yang kena bencana tapi ada beberapa titik.

Kasi Kedauratan BPBD Jeneponto, yang dipimpin Mus Muliadi, dianggap terlalu elitisi dan tidak mampu berkomunikasi baik dengan seluruh Tim SAR gabungan dan relawan yang ikut membantu penanganan korban banjir dan tanah longsor di Kecamatan Rumbia.

Termasuk penyaluran bantuan yang seharusnya dikordinir oleh BPBD Jeneponto bisa terarah, namun faktanya tidak seperti itu.

“Penyaluran bantuan ini bisa terarah, misalnya korban butuh beras, nah yang memberikan bantuan itu bisa itu terarah dan terkordinir. Artinya sesuai yang dibutuhkan masyarakat pasca bencana ini,”tegasnya

Ironisnya, sampai saat ini BPBD Jeneponto sama sekali belum mempunyai data riil. Oleh karena itu BPBD dinilai gagap.

“Sudah hari ke enam pasca bencana ini belum ada data riil dari BPBD Jeneponto, kan mestinya sudah ada, sampai sekarang belum ada,” ungkapnya

Parahnya lagi, lanjut mantan Sekjen PB HPMT Jeneponto, posko induk BPBD Jeneponto berdiri di hari ketiga. Bahkan, BPBD memiliki papan informasi yang sama sekali tidak mempunyai isi atau kosong.

“Posko induknya BPBD masa di hari ketiga baru ada. Itupun BPBD punya papan informasi, entahkan papan apa itu, papan putih yang belum ada isi apa pun disitu tertulis, ataupun yang ditempel disitu mengenai kondisi lapangan,” kata dia.

Dia menganggap, BPBD Jeneponto tidak mampu mengarahkan dirinya dan tidak tahu memfungsikan lembaganya.

“Saya menganggap BPBD ini sepertinya dia, (BPBD) tidak tahu mengarahkan dirinya dan tidak tahu memfungsikan ini lembaganya.Karena sepertinya dia pimlang menghadapi situasi bencana ini. Padahal, BPBD semestinya tidak usah di ajarkan lagi kalo hal yang begini,”menurut Rusli nama sapaanya.

Mengenai data BPBD semestinya menjemput data bukan malah menunggu.

“Mengenai data, jangan lagi BPBD yang menunggu, harusnya menjemput, sehingga tidak ada titik-titik bencana yang tidak mendapatkan perhatian, baik itu pemerintah maupun para dermawan atau para relawan yang ingin memberikan bantuan,” jelasnya (Bausad)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.