Partai Golkar Laksanakan Munaslub

Jakarta, Aliefmedia.com – Perombakan yang terjadi oleh Fraksi Golkar DPR memunculkan dugaan konflik internal yang meruncing di partai tersebut. Pengamat Politik Dedi Kurnia menilai, bukan tidak mungkin rotasi berkaitan dengan isu penundaan pemilu yang sempat diwacanakan Golkar.

Ia menduga, bisa saja orang-orang yang dirotasi adalah mereka yang tidak mau mengikuti konsolidasi partai yang mendukung wacana penundaan pemilu.

“Dimungkinkan rotasi itu berkaitan dari upaya konsolidasi penundaan Pemilu di internal Golkar. Karena, fungsi, rotasi di parlemen oleh parpol itu cukup mengkhawatirkan. Bisa terjadi hanya karena faktor politik, bukan faktor kecakapan yang dirotasi,” kata Dedi, Rabu (23/03/2022).

Jika konflik di internal terus meruncing, Dedi menilai bukan tidak mungkin bakal ada lagi Munaslub Golkar untuk memilih ketum baru, meskipun masa jabatan Airlangga Hartarto belum berakhir, kata Dedi .

Dedi menjelaskan, ada dua alasan mengapa Munaslub bisa terjadi di Golkar. Pertama, banyaknya tokoh di Golkar yang bisa menyaingi Airlangga sebagai ketum.

Di Golkar banyak elit politisi yang punya kapasitas dan menonjol, intelektual politik banyak di Golkar.

Alasan kedua, terkait pencapresan Airlangga. Menurut Dedi, elektabilitas Airlangga yang stagnan alias tidak naik-naik bisa merusak elektabilitas Golkar.

Jika ini yang terjadi, maka bukan tidak mungkin banyak kader yang mendorong pergantian ketum demi mendongkrak elektabilitas partai.

“Kedua, Airlangga sedang dalam kekalutan karena elektabilitasnya tak kunjung membaik, dan berpotensi merusak elektabilitas Golkar dengan wacana tunda Pemilu,” kata Dedi.

Dari kedua faktor di atas, Dedi menilai, alasan yang paling mungkin menyebabkan Munaslub ada rivalitas Airlangga dan Bamsoet. Tapi, ia tak menutup kemungkinan munculnya tokoh baru yang masuk arena persaingan.

Bukan tidak mungkin jika tiba-tiba ada gelombang baru yang memunculkan nama baru. Sehingga tokoh baru ini menjadi mediator rivalitas Airlangga-Bamsoet.

Hal-hal semacam itu masih mungkin terjadi di Golkar karena memang elit Golkar bisa disebut mayoritas politisi ulung,” tutup dia. (red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.