BULUKUMBA, Aliefmedia.com – Untuk mendukung perumusan kebijakan berbasis riset (policy-based research), Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan (BI Sulsel) bekerjasama dengan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia telah melaksanakan kajian “Strategi Pemulihan Sektor Pariwisata Unggulan di Sulawesi Selatan” pada tahun 2022.
Dalam kajian tersebut Kabupaten Bulukumba bersama Makassar dan Maros menjadi objek penelitian, mengingat Bulukumba adalah salah satu daerah destinasi wisata di Provinsi Sulawesi Selatan.
Diseminasi yang dibuka oleh Wakil Bupati Andi Edy Manaf ini dihadiri oleh OPD yang terkait, para pelaku usaha sektor pariwisata, seperti hotel, restoran, PHRI, jasa wisata, pelaku UMKM kerajinan, souvernir, oleh oleh dan pihak perbankan.
Pada kesempatan tersebut, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulsel, Firdaus Muttaqin menyampaikan perkembangan Ekonomi Global, Nasional, dan Sulawesi Selatan bahwa perekonomian global berisiko tumbuh lebih rendah, disertai dengan tingginya tekanan inflasi di tengah berlanjutnya disrupsi pasokan energi dan komoditas dan masih ketatnya pasar tenaga kerja terutama di AS dan Eropa.
Di sisi lain, ketidakpastian pasar keuangan global mulai mereda sehingga berdampak pada peningkatan aliran modal global ke negara berkembang.
“Di tengah tekanan perekonomian global, ekonomi nasional 2022 tetap tumbuh kuat sebesar 5,31%, lebih tinggi dari tahun 2021. Capaian ini tidak lepas dari membaiknya konsumsi rumah tangga seiring pelonggaran PPKM, meningkatnya keyakinan investasi, serta kuatnya kinerja ekspor Indonesia yang didominansi komoditas energi,” terang Firdaus.
Sementara pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Triwulan IV 2022 tercatat 5,11%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,01%.
Atas kegiatan tersebut, Wakil Bupati Bulukumba Andi Edy Manaf menyampaikan terima kasih kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang melakukan kajian terkait strategi pemulihan sektor pariwisata.
“Tentu hasil kajian ini akan menjadi referensi untuk mengambilan kebijakan Pemerintah Kabupaten Bulukumba, utamanya dalam melaksanakan berbagai program kegiatan yang mengarah kepada pemulihan dan pertumbuhan ekonomi, khususnya di sektor pariwisata,” ungkapnya.
Menurutnya, sebagai salah satu daerah yang diposisikan sebagai tujuan wisata, maka perlunya peningkatan kesadaran semua pihak untuk terus didorong proses perubahan ke arah yang lebih baik. Untuk itu perlu kiranya secara sinergis semua eleven kepariwisataan menyusun rencana tindak secara terencana, terprogram dan berkelanjutan dengan memanfaatkan segala sumber daya lokal serta pelibatan seluruh stakeholder.
Adapun yang menjadi narasumber pada diseminasi itu adalah Riyanto (Ketua Peneliti). Bergabung menjadi peneliti di LPEM UI sejak tahun 1996. Karir penelitinya dimulai sebagai ahli pemodelan statistika, yang kemudian berkembang menjadi ahli pemodelan ekonomi, ekonomi regional dan pedesaan, serta kebijakan publik dan ekonomi politik
Berikutnya Muhammad Sowwam (anggota peneliti). Merupakan staf peneliti di LPEM UI yang memiliki spesialisasi di bidang ekonomi regional.
Berikut beberapa point’ policy brief dari hasil kajian tersebut :
Dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bulukumba, beberapa strategi dapat dilakukan utamanya adalah terus meningkatkan infrastruktur baik akses ataupun meningkatkan jumlah fasilitas penunjang wisata seperti ekonomi dan keuangan serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Hal ini penting mengingat jalur darat dari Makassar-Bulukumba cukup jauh. yaitu 200KM. Panjang jalan yang rusak dan rusak berat menuju Bulukumba cukup tinggi. yaitu 33%.
Kemudian dari sisi jumlah restoran/rumah makan di Bulukumba masih relatif sedikit, hanya 398 unit di tahun 2021 (BPS, 2022). Dilihat dari pengeluaran, perlu peningkatan jumlah pengeluaran dengan salah satunya meningkatkan lama bepergian.
Dari sisi penetrasi pembayaran digital perlu ditingkatkan sehingga frekuensi transaksi meningkat.
Hal ini bisa dilakukan penetrasi dari sisi suplai penyedia jasa pariwisata. Dari sisi strategi promosi, saat ini sumber referensi utama wisatawan di Bulukumba umumnya adalah media sosial, dan referensi teman atau keluarga.
Penguatan media sosial juga perlu diperkuat dengan melakukan endorse influencer sehingga cakupan pemirsa yang melihat konten promosi wisata di Bulukumba lebih banyak.
Dari sisi pelaku usaha, tantangan yang masih dihadapi adalah pemasaran, biaya dan produksi. Pelaku usaha di Bulukumba membutuhkan pelatihan berupa pencatatan/pembukuan usaha,
peningkatan kualitas produk, dan jejaring berusaha.
Dalam tataran praktis, strategi ini dilakukan dengan cara meningkatkan promosi produk
dengan meningkatkan faktor internal perusahaan dengan memanfaatkan faktor eksternal untuk menangkap peluang pasar pada destinasi wisata sebagai pasar produknya.
Berdasarkan analisis SWOT terhadap hasil survei kepada para wisatawan nusantara yang berkunjung ke Kabupaten Bulukumba, faktor internal berupa atraksi kegiatan yang dapat dilakukan serta keamanan merupakan daya kekuatan dari obyek wisata, sementara faktor eksternal seperti infrastruktur penunjang transportasi dan pariwisata menjadi peluang.
Dengan demikian, strategi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara adalah
Strength-Opportunity, yakni memanfaatkan kekuatan untuk menangkap peluang kunjungan wisata. Strategi promosi yang dapat dilakukan adalah dengan menonjolkan keunikan wisata melalui calendar of event yang sesuai dan kerjasama dengan biro perjalanan wisata untuk mengoptimalkan infrastruktur penunjang wisata.
Lanjut dari analisis SWOT terhadap hasil survei kepada para wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Bulukumba, faktor internal objek wisata berupa atraksi kegiatan dan harga tiket menjadi daya kekuatan dari obyek wisata.
Di sisi lain, faktor eksternal secara
umum, seperti faktor kondisi infrastruktur penunjang transportasi, teknologi, dan komunikasi masih menjadi ancaman yang menghambat kedatangan wisatawan mancanegara.
Dengan demikian, strategi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara adalah
Strength-Threat, melalui upaya diversifikasi destinasi dan atraksi wisata yang beriringan dengan peningkatan infrastruktur penunjang.
Kemudian berdasarkan analisis SWOT terhadap hasil survei kepada para pelaku usaha pariwisata di Kabupaten Bulukumba, daya saing pelaku usaha pariwisata di Kabupaten Bulukumba dari sisi internal dan eksternal berada pada kuadran Strength-Opportunity dengan strategi memanfaatkan faktor internal yang kuat yakni modal usaha, kualitas SDM, dan strategi
pemasaran, untuk mengoptimalkan peluang dari sisi keamanan dan infrastruktur penunjang.(*)