MAKASSAR, Aliefmedia.com – Konferensi Provinsi PGRI Sulawesi Selatan yang berlangsung pada Jumat, 5 Desember 2024, di Aula Pinisi 1 Hotel Claro, Makassar, menuai sorotan tajam. Acara yang dihadiri lebih dari 600 peserta, termasuk pengurus kabupaten/kota, cabang, dan cabang khusus se-Sulawesi Selatan, menyisakan kontroversi dalam pemilihan pengurus periode 2024-2029.
Konferensi dibuka secara resmi oleh Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel dengan memukul beduk, didampingi Ketua PGRI Sulsel, Prof. Dr. H. Hasnawi Haris, M.Hum., dan Ketua PB PGRI, Prof. Supardi, M.Pd. Namun, perjalanan konferensi ini diwarnai dugaan kecurangan yang mencederai semangat demokrasi dan transparansi organisasi.
Pesan WhatsApp yang Membuat Geger
Dalam proses pemilihan, muncul pesan WhatsApp dari pihak yang disebut memiliki pengaruh besar di PGRI. Pesan tersebut berisi daftar nama calon Wakil Ketua (F2) dan Sekretaris Umum (Sekum) yang dianggap “titipan” dari PB PGRI. Keberadaan pesan ini memicu keresahan di kalangan peserta, yang merasa hak suara mereka terancam oleh dominasi kandidat tertentu.
Peserta dari 24 kabupaten/kota yang hadir dengan kontribusi sebesar Rp1.750.000 per orang berharap dapat memilih pengurus secara demokratis berdasarkan aspirasi daerah masing-masing. Namun, dominasi nama-nama yang disebut dalam pesan WhatsApp tersebut dinilai mengganggu proses pemilihan yang adil.
Dugaan Kecurangan dalam Pemilihan
Insiden lain yang memanaskan suasana adalah dugaan kecurangan yang melibatkan panitia. Salah satu kandidat, Nursalam, S.Pd., M.Pd., mengaku menyaksikan tindakan panitia yang tidak mencatat namanya meskipun disebutkan dalam penghitungan suara. Bahkan, ia memprotes keras hingga meminta penghitungan ulang.
“Ketika nama saya disebut, panitia tidak menulis, tapi nama kandidat lain dicatat dua kali. Ini sangat merugikan,” ujar Nursalam.
Selain itu, seorang kandidat disebut meminta panitia untuk memindahkan delapan suara ke namanya, tetapi permintaan ini digagalkan oleh ancaman dari peserta lain yang bersikeras menjaga kejujuran proses pemilihan.
Tanggapan Peserta dan Panitia
Muhammad Yusuf, S.Pd., M.Pd., yang bertugas sebagai panitia, membantah tuduhan manipulasi suara. “Saya tidak memindahkan suara apa pun,” tegasnya. Namun, sejumlah peserta mengaku melihat indikasi kecurangan yang mencederai integritas konferensi.
“Ini sangat memalukan bagi lingkungan guru, yang seharusnya menjadi pelita dan panutan masyarakat,” ujar Seniwati, peserta dari Kabupaten Luwu Timur.
Aklamasi dan Penutupan
Meskipun penuh kontroversi, konferensi tetap melanjutkan agenda hingga penutupan. Prof. Dr. H. Hasnawi Haris, M.Hum., terpilih secara aklamasi sebagai Ketua PGRI Sulsel periode 2024-2029. Sementara itu, kandidat lain yang sebelumnya memprotes kecurangan akhirnya mengikuti pelantikan tanpa keberatan lebih lanjut.
Acara ditutup dengan harapan agar pengurus baru mampu membawa perubahan positif bagi PGRI Sulsel. Namun, sejumlah peserta menyatakan bahwa dugaan kecurangan ini menjadi noda yang mencederai eksistensi PGRI sebagai organisasi perjuangan para guru.
“Semoga insiden ini tidak menjadi kebiasaan di masa depan, dan PGRI benar-benar fokus memperjuangkan nasib guru, bukan sekadar mengelola iuran tanpa hasil nyata,” ujar salah satu peserta.
Konferensi Provinsi PGRI Sulsel periode 2024-2029 selesai, tetapi polemik di dalamnya masih menyisakan tanda tanya besar tentang arah organisasi ini ke depan. (Tim Liputan AMN)