
BULUKUMBA, Aliefmedia.com – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di SMA Negeri 5 Bulukumba mendadak menuai sorotan setelah seorang siswa kelas X menemukan ulat hidup di dalam paket makanannya. Insiden yang terjadi pada Senin, 29 September 2025, sontak memicu kehebohan di lingkungan sekolah.
Kejadian bermula saat salah satu siswa membuka kotak makan yang berisi nasi putih, tempe masak, ayam, pisang, dan susu. Betapa terkejutnya ia ketika melihat seekor ulat masih hidup di atas potongan tempe. Temuan tersebut membuat siswa berteriak, sehingga perhatian satu kelas pun teralihkan. Bahkan, dua siswa lain di kelas yang sama juga mengaku menemukan ulat dalam makanan mereka.
“Kami langsung kaget, ulatnya masih hidup. Hampir semua teman sekelas tidak berani makan dan memilih mengembalikan makanan ke meja guru,” ungkap seorang siswa penerima MBG berinisial NA.
Kepala SMA Negeri 5 Bulukumba, Amran, S.Pd, membenarkan adanya insiden tersebut. Menurutnya, pihak sekolah baru mengetahui kejadian itu setelah mendapat laporan dari orang tua siswa yang menerima foto makanan berulat.
“Dalam satu kelas ada dua siswa yang menemukan ulat dalam tempe. Setelah foto beredar, beberapa siswa lain juga datang mengembalikan makanan ke ruang guru sambil mengatakan, ‘Ada ulatnya, Pak.’ Karena sudah heboh, saya langsung menghubungi penyedia MBG dari Dusun Tamalaju, Desa Bontorannu, untuk memberi klarifikasi,” jelas Amran.
Pihak penyedia MBG berdalih bahwa ulat tersebut kemungkinan berasal dari buah pisang yang ikut dalam paket makanan. Namun, hasil pengecekan di lapangan menunjukkan pisang yang tersisa tidak berulat.
Tak hanya di SMA Negeri 5 Bulukumba, sebuah video pendek yang beredar di media sosial juga memperlihatkan temuan ulat pada pisang dalam paket MBG di salah satu SD di Kecamatan Kajang. Diduga, kasus itu berasal dari penyedia yang sama.
Menanggapi hal tersebut, Suwandi Bali, pemuda asal Kajang, menilai penyedia MBG telah lalai dan abai terhadap tanggung jawabnya.
“Dari dua temuan berbeda, jelas ada kelalaian serius. Mitra MBG seharusnya menjamin makanan layak dan sehat untuk siswa, bukan sebaliknya. Kami berharap pihak berwenang segera turun tangan melakukan pengawasan ketat dan memberi sanksi tegas,” tegas Suwandi.
Ia juga mendorong pemerintah melakukan inspeksi langsung ke dapur penyedia untuk memastikan kebersihan, kelayakan bahan makanan, serta standar penyajian sesuai aturan.
“Kejadian ini jangan sampai terulang. MBG harus benar-benar menyehatkan penerima manfaat, bukan mengancam keselamatan siswa,” tambahnya.
Insiden makanan berulat ini pun kini menjadi perhatian publik dan memunculkan tuntutan agar pengawasan distribusi MBG lebih ketat, khususnya kepada mitra penyedia yang dianggap lalai.(*)