Marak Lagi Di Kabupaten Jeneponto Dana BSM Disunat dan Manipulasi Data.

JENEPONTO, aliefmedianews.com – Bantuan Siswa Miskin (BSM) salah satu program pemerintah yang di gelontorkan secara langsung tunai untuk siswa miskin yang berprestasi, padahal sudah diberikan panduan dan petunjuknya ( juklak / juklisnya) yang tidak boleh dipotong sesenpun.

Akan tetapi, Kepala Sekolah SD 98 Tanammawang di Kecamatan Bontoramba menyunat dana BSM per siswa yang mendapatkan bantuan dengan potongan secara bervariasi sebesar Rp. 100.000, hingga Rp. 150.000.

Sekitar 67 siswa mendapatkan BSM sebesar Rp. 450.000, yang mana dengan uang tersebut mereka akan pergunakan untuk keperluan untuk kelengkapan sekolah bila dana mencukupi. Tapi keinginan itu harus mereka urungkan karena adanya pemotongan oleh Kepala sekolah Subaedah, hal ini sangat disayangkan oleh orangtua murid.

Diantaranya, salah satu orangtua yang anaknya duduk di kelas tiga yang tidak mau disebutkan namanya karena takut nanti ada intimidasi dan ancaman dari kepala sekolah.

“Anak saya salah satu yang mendapatkan bantuan BSM. Dengan uang itu sebetulnya saya sangat bersyukur bisa meringankan untuk keperluan sekolah, tapi saya heran dan kecewa dengan adanya pemotongan apalagi menurut saya itu terlalu besar. Rp 150.000, untuk apa uang itu? Bukannya bantuan BSM itu tidak boleh di potong?” tuturnya kepada awak media Senin (12/08/2019).

Dikonfirmasi di ruang kerjanya, Kepsek SD 98 Subaedah menjelaskan, memang mengakui adanya pemotongan dana secara bervariasi, tapi itu merupakan hasil rapat orang tua murid dan komite, uang pemotongan tersebut ia bagikan ke siswa yang tidak mendapatkan BSM.” Ucapnya

“Kami mengakui adanya pemotongan dana BSM dengan cara bervariasi tapi itu kan sudah disepakati waktu rapat dengan orangtua murid,” Jelasnya dengan mata berkaca-kaca.

Sementara itu, orangtua siswa yang enggan disebutkan namanya mengaku kaget setelah mendapatkan uang BSM dari kepela sekolah Subaedah sebesar Rp. 300.000 padahal sebelumnya saya mendapatkan Rp. 450.000,

“Kagetka pak waktu saya dikasi uang sama ibu Subaedah sebesar Rp. 300.000 padahal sebelumnya saya mendapat Rp.450.000,” Ujarnya

Ia juga menambahkan selama ini tidak pernah dilibatkan orangtua siswa mengikuti rapat penerimaan dana BSM dan ia juga dimintai tandatangan sebagai bukti laporan, sehingga Ia dan anaknya enggan bertanda tangan sebagai bukti laporannya, karena tidak wajar saya liat,”Katanya

Selain itu, banyaknya kebohongan yang dilakukan kepala sekolah terhadap orangtua siswa, membuat para penerima bantuan lainnya pun merasakan hal serupa. “Ini merupakan perbuatan keji. Kami sudah miskin masih juga haknya direnggut mereka yang kaya,” sesalnya.

Ia mengaku tak habis pikir dengan kelakuan dan tingkah laku dari Kepala Sekolah di SD 98 Tanammawang . Padahal, itu merupakan sekolah negeri dan rata-rata para gurunya Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Kepala sekolah juga diduga memanipulasi data base penerima BSM, dari 67 siswa penerima hanya beberapa siswa saja yang diberikan, lebih fatalnya lagi masih ada siswa menerima padahal mereka sudah pindah.

Bila kita estimasi jumlah dari hasil pemotongan tersebut dengan perhitungan 67 × Rp.150.000 = Rp. 10.050.000, cukup besar uang yang terkumpul dari hasi pemotongan tersebut.

Ketika ditanyakan berita acara persetujuan pemotongan, Subaedah tidak bisa memperlihatkannya dengan alasan orangtua siswa/siswa belum bertanda tangan.

Saat awak media menelusuri dilapangan salah satu keluarga siswa terbata-bata menjawab, ia mengaku cucunya mendapatkan uang BSM, namun ia tidak berani menyebutkan nilainya, mugkin sudah ada ancaman atau settingan yang dilakukan oleh kepala sekolah Subaedah, padahal selama ini cucunya yang bersekolah di SD 98 Tanam mawang selalu menerima, bahkan dua cucu saya mendapatkan bantuan tersebut.

“Dua pak, cucu saya bersekolah disitu dan menerima BSM tapi hanya satuji yang dikasi, tidak tau pak apa alasannya kepala sekolah itu padahal ada semuaji namanya,” Ucapnya dengan nada terbata-bata (R.Tinggi)