Menyongsong Ultah ke-18 Tagana Indonesia

Oleh : H. SYAKHRUDDIN.DN (Perintis Tagana Indonesia)

Selayang Pandang Terbentuknya TAGANA INDONESIA

Perjalanan panjang yang dilalui, tentu saja para anggotanya telah tersebar di seluruh Indonesia, mengalami banyak suka dan duka dalam proses pengabdiannya, sebagai relawan kemanusiaan yang memiliki slogan.

Dimana Ada Bencana, Disitu Ada Tagana”

Penulis sebagai salah seorang Perintis Tagana Indonesia (Taruna Siaga Bencana Indonesia) yang ikut membubuhkan tanda tangan dalam proses pembentukan Tagana di Lembang Jawa Barat, tentu saja banyak dinamika perjalanan organisasi, dibawah tagline komando.

“One Command – One Rule – One Corps (Satu Komando – Satu Aturan dan Satu Korps).

Untuk melihat momentum sejarah perjalanan Tagana Indonesia, dimana pada tanggal 24 Maret 2004, Departemen Sosial (Nama masa itu) memanggil calon peserta dari masing- masing provinsi sebanyak dua orang, untuk hadir di Pusdiklat (Pusat Pendidikan & Latihan) Kesejahteraan Sosial (Kesos) di Lembang – Bandung Jawa Barat.

Saat pembentukan tagana di lembang Bandung Tahun 2004. (Dok. Red. AMN)

Karena permintaan saat itu, hanya satu orang dari unsur Kepala Seksi Karang Taruna di level provinsi dan satu orang dari pengurus Karang Taruna yang aktif.

Maka dua orang utusan Sulawesi Selatan diberangkatkan dengan perjalanan dinas ke Lembang, atas nama Drs. H. Syakhruddin.DN, M,Si dan Andi Syafri Sulo dari kalangan Pengurus Karang Taruna Sulawesi Selatan.

Kami belum tahu apa target yang ingin dicapai, yang pasti kami diberikan kesempatan untuk memikirkan, nama apa yang tepat diberikan untuk sebuah organisasi sosial baru dilingkungan Departemen Sosial dikala itu .

Sebelumnya sudah dikenal di masyarakat, nama-nama seperti Satgasos-PB, Karang Taruna, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dan pilar partisipan lainnya, dibidang bantuan sosial.

Kala itu, begitu banyak produk dari masing- masing Dirjen di lingkungan Departemen Sosial, mereka seakan berlomba menciptakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat.

Setelah upacara pagi dengan komandan upacara, Drs. Iyan Kusmadiana, M.Si (Sekarang menjadi Direktur PSKBA di Kemensos) sedang Penulis merupakan peserta yang disematkan tanda peserta bersama Fitri dari Sulawesi tengah.

Menjelang sambutan yang dibacakan pembina upacara, maka hasil diskusi yang berlangsung alot malam sebelumnya, dipimpin Bapak Andi Hanindito, M.Si, disepakati bahwa nama organisasi yang baru adalah : Taruna Siaga Bencana (TAGANA)

Perjalanan waktu dari tahun anggaran yang tertulis dalam DIPA Departemen Sosial, tahun 2006 kembali lagi dilaksanakan pemantapan Tagana se-Indonesia.
Perjalanan dua tahun dari 2004-2006, setelah melalui pelatihan di provinsi masing-masing.

Maka yang harus diberangkatkan kembali ke Lembang adalah Kepala Seksi yang menangani Karang Taruna di provinsi dan ketua angkatan pertama pelatihan Tagana di level provinsi, maka terpilihlah Muhlis Moed dari Kabupaten Gowa, karena saat itu Muhlis menjadi ketua angkatan.

Dengan pesawat Garuda Indonesia, kami berangkat menuju Hotel Grand Lembang Jawa Barat, sebagai perwakilan dari Provinsi Sulawesi Selatan, masing- masing Drs H.Syakhruddin DN, M.Si dan Muhlis Moed, S.KM dari Gowa.

Disinilah kisruh awal, siapa sebenarnya Perintis Tagana, apa yang diberangkatkan pada tahun 2004 atau yang mendapat perlengkapan dari ujung kaki sampai kepala, yang dilaksanan pada kegiatan pemantapan Tagana di bulan April 2006.

Mengingat ada yang hadir di tahun 2004 tetapi tidak hadir di tahun 2006, entah karena mutasi jabatan sang pejabat Kasi Karang taruna atau ada kebijakan dari Dinas Sosial di provinsi masing-masing.

Akhirnya dalam suatu pertemuan para Kabid Banjamsos masa itu, dengan perwakilan Tagana se-Indonesia, disepakati bahwa yang dimaksudkan dengan Perintis Tagana adalah yang hadir di Lembang pada tahun 2004 dan 2006, termasuk mereka yang tergabung dalam Jambore di Cibubur.

Dengan demikian, dari Provinsi Sulawesi Selatan yang berhak menyandang gelar sebagai Perintis Tagana Indonesia adalah Drs. H. Syakhruddin. DN, M.Si, Andi Syafri Sulo dan Muhlis Moed, S.Km.

Begitulah catatan sejarah yang sampai hari ini, ketiganya masih tetap eksis di Tagana dan aktivitas lainnya pada pengabdian di bidang kemanusiaan.

Perjalanan berikutnya dari 2006 hingga 2022 tentu saja banyak hal yang telah dilakukan, termasuk menghadiri upacara puncak peringatan di tingkat nasional, walaupun dua tahun terakhir ini hanya dilakukan melalui zoom meeting akibat pandemi covid-19.

Bila kembali membuka dokumen lama maka dari data dan fakta yang menjadi “Peserta Pertemuan Dasar Taruna Siaga Bencana (Tagana) se-Indonesia pada Balai Diklat Kesos Lembang – Bandung – Jabar pada tanggal 23 – 27 Maret 2004, sesuai foto dokumentasi yang di produksi Utaris Foto dan kembali dipublikasi oleh Jhony Rohi dari Nusa Tenggara Timur (NTT).

Berikut nama-nama yang terdokumentasi dalam foto Utaris :

  1. Satria (Karang Taruna Indonesia)
  2. Drs. Soetarso, M.Sw (Ahli Kebencanaan Indonesia)
  3. Much. Masduki
  4. H. Safwan, SH (Dirjen)
  5. Sri Muhardji (RAPI)
  6. Drs. Purnomo Sidik (Direktur) – Almarhum
  7. Drs. Ghazaly. H.S (Sekjen)
  8. Drs. Wawan Mulyawan
  9. Drs. Andi Hanindito (Pusat) – Panglima Tagana Indonesia
  10. Yolak, SE, MM (Pusat)
  11. Hernalom (Pusat)
  12. P. Manu (Pusat
  13. Sugeng (pusat)

PESERTA

  1. Yainal Bakri (Nanggroe Aceh Darussalam)
  2. Ikhman Faluthi (Nanggroe Aceh Darussalam)
  3. L. Faisyalsyah (Sumatera Utara)
  4. Drs. Sumarno (Sumatera Utara)
  5. Sudirman. A (Sumatera Barat)
  6. Erry. G, SH (Sumatera Barat)
  7. Ismed. J (Riau)
  8. Asro (Papua)
  9. Dodi.AK (Riau)
  10. Perly (Jambi)
  11. Asnawi (Jambi)
  12. Febrian (Sumatera Selatan)
  13. Yoedhi (Sumatera Selatan)
  14. Edi Suarni (Bengkulu)
  15. Salim. M (Bengkulu)
  16. I Teguh R (Lampung)
  17. Sofi. M (DKI)
  18. Roberet. W (DKI)
  19. Gurmewa (Lampung)
  20. Ronald (Papua)
  21. Tita Tarina (Jawa Barat)
  22. A.Gunawan (Jawa Barat)
  23. S.Agus.R (Jawa Tengah)
  24. Haniyano (Jawa Tengah)
  25. Teguh (Daerah Istimewa Yogyakarta)
  26. Purwanto (Jawa Timur)
  27. Lasir (Jawa Timur)
  28. Deny (Bangka Belitung)
  29. M. Sabil (Bangka Belitung)
  30. A. Rosyid (Banten)
  31. Syambi (Banten)
  32. Irwan (Maluku Utara)
  33. I.K.Gatriana (Bali)
  34. Edhiansyah (Kalimantan Timur)
  35. Mardjudin (Kalimantan Timur)
  36. Rahmat (Kalimantan Barat)
  37. Dalimin (Daerah Istimewa Yogyakarta)
  38. IWJ Arnana (Bali)
  39. Nurhaspandi (Kalimantan Barat)
  40. Sri Wahyuni (Kalimantan Tengah)
  41. M.Banjarnahor (Kalimantan Tengah)
  42. Supriadi (Kalimantan Selatan)
  43. Rusmin N,S,Ag,S,Sos (Kalimantan Selatan)
  44. Y.Meriane Rumerung (Sulawesi Utara)
  45. Johanis Wowor (Sulawesi Utara)
  46. Jemi Leksy Maya (Maluku Utara)
  47. Andi Mahmud (Sulawesi Tengah)
  48. Irma (Sulawesi Tengah)
  49. Rajjas (Sulawesi Tenggara)
  50. Jumarto (Sulawesi Tenggara)
  51. H. Syakhruddin. DN (Sulawesi Selatan)
  52. Andi Syafri Sulo (Sulawesi Selatan)
  53. Drs. Zulkifli Lubis (Nusa Tenggara Barat)
  54. Drs. Suwarso (Nusa Tenggara Barat)
  55. Johny Roni (Nusa Tenggara Timur)
  56. Samuel Hittaubes (Nusa Tenggara Timur)
  57. Fredrik K (Maluku)
  58. Ismet Layn (Maluku)
  59. Raden N Sahi (Gorontalo)
  60. Fitriani. M (Gorontalo)

Inilah yang hadir pada pada kesempatan pertama, atau pendahulu dari seluruh Tagana yang ada di Indonesia. Akan tetapi kehadirannya belum mendapatkan perlengkapan Tagana secara sempurna, kecuali baju training biru.

Nanti pada kegiatan Pemantapan Tagana yang berlangsung di Hotel Lembang tahun 2006, para peserta sudah menerima “Perlengkapan Tagana dan Surat Keputusan dari Kementerian Sosial” sebagai Perintis Tagana Indonesia, termasuk PIN Perintis yang disematkan oleh Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa di Kepulauan Seribu Jakarta.

Ironisnya, banyak diantara kami yang diberangkatkan menjadi Peserta Pertemuan Dasar Taruna Siaga Bencana (Tagana) se-Indonesia pada Balai Diklat Kesos Lembang – Bandung – Jabar, Tanggal 23 – 27 Maret 2004, akan tetapi tidak lagi mendapat akses dari Dinas Sosial setempat untuk pertemuan kedua pada Pemantapan Tagana tahun 2006.

Dari hasil perumusan dan pertemuan para Perintis Tagana di Kabupaten Pangandaran tahun 2021, sepakat para pengambil keputusan di Salemba Raya 28 Jakarta, untuk menjadikan kawan- kawan yang berangkat pelatihan tahun 2004, dinyatakan sebagai “Perintis Tagana Indonesia”

Selanjutnya akan diakomodir dalam satu kesatuan sistim komando, demikian halnya dengan mereka yang hadir pada Jambore Tagana di Cibubur, diwakili 10 orang setiap provinsi, ada dari unsur Pramuka, Palang Merah, Kepolisian, BMKG, Orari dan Dinas Sosial setempat.

Sesudah kegiatan ditutup dengan resmi, maka keesokan harinya terjadi “Musibah Bencana Tsunami di Aceh”

Sebahagian kawan- kawan ada yang langsung menuju sasaran dengan pakaian yang masih di pakai saat berada di Cibubur.

Memasuki era tahun 2006, Departemen Sosial RI kembali melaksanakan kegiatan Pemantapan Tagana, di Grand Lembang Bandung Jawa Barat, Para utusan provinsi diwakili masing-masing dua orang.

Peserta kali ini memperoleh sarana pendukung operasional Tagana setelah melakukan Pemantapan oleh Instruktur dari kalangan TNI dan Instruktur yang sangat mumpuni dibidangnya, sebagaimana foto dokumentasi yang tercatat rapih di Tagana Center Indonesia.

Adapun mereka yang mendapatkan rekomendasi dari Dinas Sosial Provinsi se-Indonesia yaitu :

  1. Willeam Gasfer, SH (Kepulauan Riau) – Almarhum
  2. M. Sugandhi (Maluku Utara)
  3. Rajjas, B.Sw (Sultra)
  4. John Swalette (Maluku)
  5. Pitter Matakenna, SH (Kepri)
  6. Aris Tabirawa, SST (Jambi)
  7. Lutfi Faizalsyah (Sumut)
  8. Hj. Yetti Kadarwati, SE (Kadinsos Jabar)
  9. Drs. Amrun Daulay (Dirjen Bansos)
  10. Drs H. Purnomo Sidik (Dir. BSKBA) – Almarhum
  11. H. Dharma Nasution ( KU Rapi Pusat)
  12. Gurmewa (Lampung)
  13. Yoedhy S. Fakar (Sumsel)
  14. Zefereno N.S ( Sulut)
  15. M. Machfud (Kaltim)
  16. Andi Mahmud (Sulteng)
  17. BambangR.W (Bengkulu)
  18. Sirman Abas, SH (Babel)
  19. Ir. Tarmizi (NAD)
  20. Raden Sahi, SE (Gorontalo)
  21. Wy. Jaya Arwana, SH (Bali)
  22. Teguh Rahardjo (DIY)
  23. Fitriyana Makmur, SP (Gorontalo)
  24. Eliya, S.Sos (Sulteng)
  25. Dwi Putri A (Lampung)
  26. Drs. Aulia Ksatriadi (Riau)
  27. Supriyadi (Kalsel)
  28. Tita Tarina (Jabar)
  29. N. Safei N, A.Ks MP (Jabar) – Direktur BSKBS
  30. Zulyadini (NTB)
  31. Eka Darmayanto, SE (Sumut)
  32. Firmansyah (Sulbar)
  33. Ahmad Jablawi (Kalsel)
  34. Bambang W (Jateng)
  35. Rahmat HT (Sulbar)
  36. Nyoman Petrus SST (Bali)
  37. Faridal L (Sumsel)
  38. Muhlis Moed, AMK (Sulsel)
  39. Yunus Ullo (Irjabar)
  40. Jhon Rohi, ST (NTT)
  41. M.Lukman, SE (Jambi)
  42. Drs.H.Syakhruddin. DN (Sulsel) – Penulis
  43. Basrano (Sultra)
  44. Ismet Layn ( Maluku)
  45. Mardiansyah Bag (Kaltim)
  46. Nano Sukarno (Riau)
  47. Yoppi Tuan SH (NTT)
  48. Ihman Faluti (NAD)
  49. Ibrahim Darlay (Irjabar)
  50. Felix Valentina (DKI)
  51. Maya Fitria (Kalteng)
  52. M. Sofi (DKI)
  53. Baiq Iki SH (NTB)
  54. Andre. S (Babel)
  55. Edy Suwarno (Bengkulu)
  56. Purwanto P.S.Sos (Jatim)
  57. M. Yassin N.R (DIY)
  58. Johannis S Wowor, S.Sos (Sulut)
  59. Achmad Solihin (Kalteng)
  60. Purwoto (Jateng)
  61. Arso, S.Sos (Papua)
  62. Drs. Urip Wahyudi (Papua)
  63. Irwan (Maluku Utara)

Peserta pelatihan pemantapan kali ini, mendapatkan perlengkapan satu rangsel dan inilah menjadi cikal bakal perlengkapan Tagana se – Indonesia yang diperoleh setelah berjalan satu malam melalui jalan berkelok yang curam, sungguh sesuatu yang tak mudah.

Dimana Gunung Tangkuban Perahu menjadi saksi bisu dari jejak langkah relawan yang mengayunkan langkah dari Pukul 20.00 hingga 03.00 dinihari.

Dari Puncak Cikole Bandung – kami semua diperintahkan tidur telentang menengah ke langit menyaksikan bintang yang bertebaran di angkasa raya, sementara hembusan angin semilir dari pinus yang sedang bercengkrama dengan alam seputar, seakan menyaksikan kami yang 60 orang ini, sebagai saksi sejarah lahirnya TAGANA INDONESIA.

Kami seakan terhipnotis dari kalimat dengan suara bariton namun tegas dari Bapak Andi Hanindito mengatakan “Kalian adalah putra putri terbaik bangsa yang akan menjadi tonggak sejarah perjalanan Tagana ke depan, majulah … bangkitlah dan mengabdi pada Negeri hingga tetes darah terakhirmu.

Kebesaran Tagana dewasa ini, tidak terlepas dari mentor yang merupakan saksi hidup sekaligus Pendiri Taruna Siaga Bencana Indonesia (TAGANA) Bapak ANDI HANINDITO, M.Si Pembuat, Pencetus dan sekaligus Perintis Tagana di Indonesia.

Dalam suatu kesempatan di Hari Kamis 27 Agustus 2020, telah berbagi kisah melalui podcast episode ke-5 di Beranda Linjamsos Kementerian Sosial RI, di monitor anggota Tagana se-Indonesia, mulai dari Tagana Muda, Tagana Madya/Khusus, Tagana Utama hingga Perintis Tagana Indonesia.

Mengenang perjalanan sejarah berdirinya Tagana, Penulis Syakhruddin mengajak kita semua, menaruh hormat serta mengirimkan suratul Al-Fatihah, kepada Bapak Purnomo Sidik (Mantan Direktur Bencana Alam Kementerian Sosial).

Bapak Sutarso,M.Sw (Dosen dan Tenaga Ahli Bidang Kebencanaan/Pakar Bencana Alam Indonesia) beliau merupakan Guru Bencana yang paripurna, yang telah berkontribusi besar terhadap penumbuhan Tagana Indonesia.

Bapak Andi Hanindito yang penasaran dengan sistim penanganan bencana, terutama pada kasus banjir di Jakarta yang harus mengantar bantuan dengan “Mobil Rongsokan” telah menginspirasi dirinya, untuk belajar ke Singapura, Malaysia, Vietnam bahkan di Eropa, termasuk ke Uni Sovyet.

Hasil pengembaraan dan proses belajar secara mandiri di luar negeri. Dari pelajaran yang diperoleh, lalu membentuk “Pelatihan Relawan Bencana Indonesia” yang pada awalnya banyak orang yang meragukan kehadiran Tagana.

Sebagai Perintis Tagana Indonesia, termasuk dalam daftar 60 orang pada tahun 2004 dan Pemantapan tahun 2006 tentunya ikut bersama Panglima Tagana Indonesia, mendandani dan membesarkan Tagana Indonesia, dengan konsep pemikiran, penanganan bencana pada tiga klaster yaitu sebelum – saat dan sesudah bencana terjadi.

Diakui oleh Panglima Tagana Indonesia, ada tiga hal belum sempat diurus dimasa kepemimpinan sebagai Direktur Bencana Alam Kementerian Sosial RI yaitu,

(1) Sekolah Penanggulangan Bencana Indonesia, (2) Warkop Tagana (Menunya Indomie Tsunami, Kopi banjir, dll yang terkait dengan nama-nama bencana dan (3) Sistim Penanggulangan Bencana Indonesia Berbasis Masyarakat.

Karena penanggulangan bencana adalah tanggungjawab kita semua, maka setiap warga negara bertanggungjawab dalam penanganannya, mengingat Indonesia merupakan supermarket bencana.

Hal yang selalu mengusik perasaan Sang Panglima, bahwa dengan kerelawanan yang ada di Tagana, hendaknya Pimpinan Tagana di Salemba Raya 28 Jakarta, ke depan agar bisa lebih baik lagi,.

Terutama memperbaiki kesejahteraan dan jaminan kesehatan bagi anggota Tagana yang kini berjumlah 39.000 ribu anggota dan di tahun 2022 tentunya semakin berkembang apalagi bagi provinsi dan kab/kota yang melatih Tagana melalui APBD masing-masing.

Sebagaimana yang dilaksanakan Pemerintah Daerah Kabupaten Takalar yang telah melatih 60 personil Tagana baru melalui anggaran APBD Takalar bekerjasama dengan Batalion 726 Tamalatea, berlangsung tgl 25 sd 27 Pebruari 2022 dibawah koordinasi Tagana Utama Sulsel, Andi Abd. Rahman Sulo (Yogi) dengan Subhan alias Nanang.

Ditandaskan oleh Panglima Tagana Indonesia, bahwa Tagana yang dibentuk 24 Maret 2004 di Lembang Jawa Barat, serta Jambore Tagana yang berlangsung di Cibubur di akhir Desember, sementara bencana Tsunami terjadi 26 Desember 2004.

Bukan berarti Tagana dibentuk karena ada Tsunami, melainkan Tagana sudah lebih dahulu dibentuk, sebelum Tsunami datang, urai Panglima Tagana Andi Hanindito dalam dialog poscats Linjamsos episode 5.

Dijelaskan, tak banyak yang tahu bahwa ternyata “Sejarah Pembentukan Tagana Indonesia berawal dari kisah mobil rongsokan”

Pembentukan Tagana Indonesia diawali 16 tahun silam, masih banyak yang meragukan, tapi seiring berjalannya waktu dan bergantinya kepemimpinan, membuktikan bahwa Tagana merupakan bagian penting dalam sistim penanggulangan bencana di Tanah Air yang awalnya hanya 60 orang kini telah berkembang menjadi puluhan ribu Tagana terlatih dengan berbagai tingkat, Tagana Muda, Tagana Madya dan Tagana Utama.

Ulasan melalui potcast Linjamsos episode ke-5, telah memberikan pencerahan kepada segenap anggota Tagana dari Sabang sampai Marauke.

Semoga apa yang menjadi harapan Panglima, dapat kita kembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi di daerah masing-masing.

Selamat kepada Panglima Tagana Indonesia, Bapak Andi Hanindito atas pencerahannya, kepada para rekan Perintis diharapkan untuk terus berkiprah, terutama dalam mewujudkan pengabdian melalui Sekolah Penanggulangan Bencana Indonesia dengan basis utama pemikiran pada kegiatan sebelum bencana.

Tahun 2023, Bapak Andi Hanindito akan memasuki masa purnatugas dari Kementerian Sosial, tetapi tidak dengan TAGANA, karena kami semua sebagai Perintis Tagana telah mempersiapkan sebuah Intitut Tagana di Jawa Timur dengan mentor utama Sdr. Akar dan Poerwanto di Surabaya.

Disana kelak, akan kita kembangkan pola-pola penanganan bencana berbasis masyarakat dengan berbagai varian kegiatannya. Kami semua bisa purnatugas dari sebuah institusi sosial atau apapun namanya, tapi tidak dengan TAGANA.

Bagi kami semua, telah berikrar tak akan berhenti sebelum tugas selesai, sebagai penjabaran motto “Pantang Tugas Tidak Tuntas” selamat menantikan, Hari ulang Tahun Tagana ke-18 tanggal 24 Maret 2022. (Makassar,05-03-2022)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.